Kamis, 07 Juni 2012

RPP Mengintifikasi Unsur- Unsur Intrinsik dan EkstrinsikSuatu Cerita yang Disampaikan Secara Langsung


                                           RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
                                                                            (RPP)


SEKOLAH                    : SMA Kartika Kendari
MATA PELAJARAN    : Bahasa Indonesia
KELAS                          : X
SEMESTER                   : 1
ALOKASI WAKTU      : 2 x 45 Menit

STANDAR KOMPETENSIMendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.

KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/rekaman.

INDIKATOR
1. Kognitif 
    a.  Proses
    Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen

    b. Produk
    Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
    Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen

2. Psikomotor
    Menyampaikan unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan di dalam cerpen
    Menanggapi penjelasan tentang unsur-unsur yang ditemukan oleh teman.

3. Afektif  
    a. Karakter
  • Kerja sama
  • Teliti
  • Tanggap

   b. Keterampilan sosial
  • Menyampaikan hasil diskusi dengan baik dan benar
  • Membantu teman yang mengalami kesulitan.

TUJUAN PEMBELAJARAN
   
1. Kognitif
        a.  Proses
  • Setelah membaca cerpen yang disajikan, siswa diharapkan mampu menemukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen

       b.  Produk
  • Setelah membaca dan membahas hasil pencapaian tujuan proses di  atas, siswa diharapkan mampu menuliskan kembali unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan.

   2. Psikomotor
          Secara berkelompok siswa dapat menyampaikan unsur intrinsik cerpen yang disediakan             dalam  LKS   1: psikomotor.

3. Afektif
   a. Karakter
       Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan dalam perilaku              seperti kerja sama, teliti dan tanggap.

   b. Keterampilan sosial
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam kerampilan menyampaikan hasil diskusi dengan bahasa yang baik dan benar, bekerja sama dalam kelompoknya, dan membantu teman yang mengalami kesulitan.


MATERI PEMBELAJARAN
  • Teks cerita pendek

MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
   1.  Model pembelajaran : pembelajaran langsung (eksplisit)
   2.   Metode pembelajaran
  • Diskusi
  • Unjuk kerja
  •  Penugasan

BAHAN
  •  Lembar kerja
  •  Spidol

ALAT
  • Teks Cerita Pendek

  SKENARIO PEMBELAJARAN


No

Kegiatan

Penilaian Pengamatan

A1
PERTEMUAN I   Kegiatan awal (10 menit)
  • Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan keadaan siswa yang tidak hadir.
  •  Guru memberi motivasi kepada siswa.
  •   Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
  • Guru melakukan apersepsi dengan bertanya mengenai pengetahuan siswa tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam karya sastra

B1Kegiatan inti (25 menit)
  •  Siswa membentuk kelompok antara 4-5 orang per kelompok.
  •  Guru memberi penjelasan tentang kinerja yang akan dilakukan siswa pada saat menyimak cerita yang akan disampaikan.
  •  Siswa mendengarkan/menyimak cerita pendek yang sudah disediakan oleh guru, yang akan dibacakan oleh teman secara bergantian.
  • Secara berkelompok siswa berdiskusi mengenai unsur intrinsik di dalam cerpen kemudian mengidentifikasi dan menuliskan unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen.
  • Setiap kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk menyampaikan secara lisan hasil diskusi secara runtut dan jelas di depan kelas.
  • Siswa bertanya jawab/menanggapi informasi yang didengar/disimak dengan bahasa dan alasan yang rasional dan logis.


C1
Kegiatan akhir (10 menit)
  • Guru dan siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran hari ini.
  • Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.
  •  Guru memberi tugas kepada siswa kemudian pembelajaran ditutup dengan salam.
               




SUMBER PEMBELAJARAN
  • Buku: Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA kelas X
  • Materi esensial Bahasa Indonesia
  • Silabus
EVALUASI DAN PENILAIAN
    a. Tugas Individu: Menggunakan LKS
    b. Jenis Tagihan Penilaian: LKS 1 dan LP 1
    c. Bentuk Instrumen Penilaian:
  •  Uraian Bebas
  •  Jawaban Singkat


LEMBAR KERJA SISWA
(LKS)


BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1



Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.




Oleh





Media Pembelajaran:
 Cerpen
    Aku bagaikan manusia yang terhina. Rasanya kehadiranku tak pernah diharapkan siapapun, bahkan oleh kedua orang tuaku. Aku lahir dari sebuah keluarga yang hidupnya sangat memprihatinkan. Teramat sangat, karena kedua orang tuaku hidup dengan tidak layak ditambah lagi dengan pendidikan rendah dan sikap yang kolot. Hidup dengan kekurangan disana-sini menjadikan ibu dan bapak sebagai orang tua yang haus akan materi. Namun parahnya tiada upaya, hanya impian meninggi namun sangat tipis usaha untuk menggapainya.  Jangan tanyakan di mana keluarga kami yang lain. Karena keadaannya sama saja. Entah mengapa aku lahir di tengah-tengah kelurga bobrok ini, bahkan aku menyebutnya keluarga terkutuk.

    Pada dasarnya orangtuaku mengharapkan anak mereka yang lahir adalah lelaki, karena mereka berharap kami akan membantu perekonomian keluarga. Namun, anak pertama terlahir sebagai perempuan, berlanjut terus tanpa henti hingga aku terlahir sebagai  perempuan di urutan ke delapan. Hah…tidak usah heran, karena mereka pun tak pernah lelah mengharapkan impian bodoh mereka itu. Kedengarannya kasar sekali aku mengecam orang tua dan keluargaku sendiri. Namun, itulah kerasnya kehidupan, kadang kita akan terseret ke dalam arus disekelilingnya.

    Aku muak!! Aku tak ingin terus-terusan hidup luntang – lantung dalam kehidupan menyebalkan seperti ini. Apalagi setelah kelahiranku beberapa tahu lalu bapak pergi entah ke mana. Ia mungkin tak sanggup lagi memikul tanggung jawab untuk menafkahi sembilan orang perempuan yang hanya menyusahkan kehidupannya. Aku tahu di luar sana ia pasti berteriak lega. Hingga sudah bisa ditebak aku tak pernah tahu bagaimana rupa bapakku itu.

    Malam ini ku pilih sebagai malam yang tepat untuk mengakhiri bebanku selama ini. Apakah aku akan bunuh diri? Owh, tidak!! Aku tidak sebodoh itu. Aku hanya ingin memulai kehidupan baruku. Yaa, sama seperti bapak yang lari meninggalkan kami. Toh aku juga tidak akan dicari oleh mereka. Malah sangat pasti mereka akan senang, karena tanggungan mereka berkurang satu lagi.

    Hari-hariku berjalan dan berlanjut apa adanya. Awalnya sulit karena aku harus hidup sendiri tanpa ada yang perduli dengan diriku. Terkadang aku berpikir untuk mencari bapak.
Ibu pernah bercerita, bahwa bapak mempunyai tanda yang bisa aku kenali. Yaitu ia mempunya tanda lahir berbentuk bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan. Tanda yang langka, sehingga mudah untuk dikenali. Namun, apakah mungkin aku memeriksa punggung setiap laki-laki? Hah, mustahil. Sudahlah aku pun melenyapkan keinginan gila itu. Lagipula jika aku bertemu dengannya, aku mau apa darinya? Aku sudah teramat benci terhadapnya. Lelaki tak bertanggung jawab.!!
    Mungkin itulah awal dari kebencian ku yang teramat sangat terhadap lelaki. Apalagi aku terbiasa hidup di lingkungan perempuan yang mandiri tanpa lelaki. Ibu pun seolah mengajarkan untuk benci terhadap lelaki. Akhirnya ini juga yang membawaku ke dalam lembah kesalahan.
    Semua orang tahu bahwa hidup di jalan bukanlah hal mudah. Sangat banyak godaan yang menyesatkan. Dan aku pun tak bisa menghindarinya. Dan yang membuat aku bertahan dengan semua itu karena aku menikmatinya. Aku tak punya keahlian apa-apa. Yakh, terpaksa untuk membiayai hidup aku pun bekerja menjual diri.
    Mungkin bagi orang, perjalanan ini sudah biasa. Sudah tak sedih lagi. Sudah bassiiii….!!! Tapi itu tanggapan orang yang hanya mendengarnya, tapi bagiku yang merasakannya, ini sangat sakit. Saakiiit…. dan pedih…! Namun hal itu tak membuatku sedikit bersimpati terhadap pria. Jangan pikir aku akan menyerahkan tubuh ini pada pria-pria di luar sana yang nakal. Hah,,,tidak!! Tidak akan pernah.!! Lalu,, pada siapa?? Yakh, tentu saja terhadap sesama jenisku: perempuan.
    Hufft….aku merapikan pakaianku dan bergegas meninggalkan hotel. Siang itu aku baru saja “melayani” pelanggan setiaku. Pelangganku memang terbilang sedikit, karena memang susah untuk mencari yang seperti kami. Mungkin banyak, tetapi banyak yang tidak mau mengakui bahwa mereka adalah kaum lesbi. Namun, biarlah dengan begitu sainganku tidak terlalu banyak, dan tentu saja bayaranku akan tinggi.
    Seiring bertambahnya usia, pelangganku semakin berkurang. Apalagi usia yang semakin menua membuat parasku tak secantik dulu. Tenagaku pun tak sehebat dulu lagi. Sehingga banyak pelangganku yang kabur. Aku pun mulai berpikir untuk mencoba “menjualnya” kepada lelaki. Aku yakin pelanggan lelaki lebih banyak dan lebih mudah didapat. Lagipula tubuhku pun masih belum terlalu jelek bagi para lelaki. Awalnya aku berat, sangat berat. Aku tak pernah membayangkan akan melakukannya dengan lelaki. Karena terus terang rasa benci yang tertanam sejak kecil, belum bisa aku lenyapkan. Tapi kehidupan yang menuntunku.
    Malam ini, aku pun mendapatkan pelanggan pria pertama ku. Aku sama sekali tak merasakan apapun terhadap pria ini. Seorang pria paruh baya, yang dalam pikiranku sungguh tidak tahu diri. Seharusnya ia insaf, karena melihat tampangnya ia tak akan berumur panjang lagi. Tapi,,, sudahlah. Yang terpenting aku mendapatkan uang. Kami pun memulainya. Aku sungguh baru pertama melakukan ini dengan pria, setelah puluhan tahun aku bergelut dalam dunia hitam ini dan melakukannya dengan wanita. Aku merasakan hal aneh. Entah, apa namanya. Aku merasakan kesedihan yang mendalam. Ketika ia mulai menjelajahi tubuhku, hingga melucuti satu-persatu pakaian yang melekat ditubuhku. Namun, ditengah “permainan hot” kami itu, aku tersentak kaget. Aku kemudian segera memakai pakaianku. Aku tak peduli ketika pria itu terus memanggilku. Aku menghempaskan tubuhnya yang masih berusaha untuk memaksa aku kembali melanjutkan hubungan tadi.
    “ Kita belum selesai nona!! Jadi kamu tidak akan bisa lari dariku”.
    Huh…aku tidak peduli. Aku menhempaskan tubuhnya. Kutatap lekat-lekat wajahnya. Wajah itu seperti tak asing bagiku. Bahkan aku segera merasakan perasaan benci yang memuncak terhadap semua lelaki. Aku berlari terus berlari. Tiba-tiba saja rasa penasaran tentang sosok selama ini yang aku cari-cari hilang sudah. Karena baru saja aku melihat sebuah tanda bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan.
SELESAI


LKS 1:                              LEMBAR KERJA SISWA       Bahasa Indonesia
Nama…………………….       Kelompok………………     Tanggal……………….
Kegiatan 1
Bacalah cerita pendek yang telah disediakan.

Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut:

    Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….

LKS 2:                              LEMBAR KERJA SISWA       Bahasa Indonesia
Nama…………………….       Kelompok………………     Tanggal……………….
Kegiatan 2
Carilah sebuah Cerpen. Lalu bacalah.

Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut:

    Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….


LEMBAR PEGANGAN GURU
(LPG)


BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1


Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.




Oleh 





Unsur Intrinsik Karya Sastra


adalah unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam
Contoh unsur intrinsik
(1) tokoh
(2) alur
(3) latar,
(4) judul
(5) sudut pandang
(6) gaya dan nada
    Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra prosa adalah:
1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
3. latar/ setting
4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat
  •  Karakter adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.
  •  Plot adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungan dengan hukum sebab-akibat.
  •  Latar adalah latar peristiwa yang menyangkut tempat, ruang, dan waktu. Tema adalah gagasan pokok yang terkandung dalam drama yang
  •  berhubungan dengan arti (mearning atau dulce) drama itu; bersifat lugas, objektif, dan khusus.
  • Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang berhubungan dengan makna (significance atau utile) drama itu; bersifat kias, subjektif, dan umum.
   
    Pembedaan tokoh
A. Dilihat dari segi peranan/ tingkat pentingnya/ keterlibatan dalam cerita
1. tokoh utama (main/ central character) yaitu tokoh yang diutamakan
    penceritaannya
2. tokoh tambahan (peripheral character) yaitu penceritaan relatif pendek (tidak
    mendominasi)

B. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh
1. Protagonis
     memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang         disikapi demikian disebut tokoh protagonis. 
2. Antagonis
- tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik
- beroposisi dengan tokoh protagonis
- Peran antagonis dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. tokoh antagonis
2. kekuatan antagonis (tak disebabkan oleh seorang tokoh)
    Contoh: bencana alam, kecelakaan, nilai-nilai sosial, lingkungan alam, nilai moral, kekuasaan dan          kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.

C. Berdasarkan Perwatakannya
1. Tokoh Sederhana/ Simple/ Flat
    Tokoh yang hanya mempunyai satu kualitas pribadi (datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu). Biasanya dapat dirumuskan dengan satu kalimat
2. Tokoh Bulat/ Complex/ Round
     Diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya. Bertentangan, sulit diduga, dan mempunyai unsur surprise.
     Keduanya tidak bersifat bertentangan, hanya merupakan gradasi saja.

D. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh
• Tokoh Statis
adalah tokoh tak berkembang yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi.
• Tokoh Berkembang
• mengalami perkembangan perwatakan dalam penokohan yang bersifat statis biasanya dikenal tokoh hitam dan tokoh putih

E. Berdasarkan Kemungkinan Pencerminan Tokoh terhadap Manusia dari Kehidupan Nyata
• Tokoh Tipikal
pada hakekatnya dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Contoh guru, pejuang, dan lain-lain.
• Tokoh Netral
tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner





LEMBAR PENILAIAN
(LP)


BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1



Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.




Oleh:


                                     LP 1 : KOGNITIF PROSES
                                        Pedoman Penskoran LKS 1
No  KomponenDeskriptoSkor
1Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpenSiswa mampu Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen

Keterangan
(3) sangat tepat
    (2) tepat
    (1) tidak tepat


    Cara Pemberian Nilai

Rumus:                        Nilai=(Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun)   x  100

LP 2 : KOGNITIF PRODUK

Pedoman Penskoran LKS 2
No
Komponen

Deskriptor

Skor
1Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
    Siswa mampu menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen

Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen yang telah ditemukan
    Siswa mampu menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen yang telah ditemukan


Keterangan
 
  (3) sangat tepat
  (2) tepat
  (1) tidak tepat


  Cara Pemberian Nilai

Rumus: (Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun)   x  100

LP 3 : PSIKOMOTOR

Pedoman Penskoran LKS 2

No
Komponen

Deskriptor
SkorCatatan
1Mampu membacakan hasil identifikasi unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen, dengan kriteria:

    Suara




    Lafal




    Intonasi   




Sangat jelas
    Kurang jelas
    Tidak jelas  


    Sangat jelas
    Kurang jelas
    Tidak jelas  


    Sangat jelas
    Kurang jelas
    Tidak jelas       





3
2
1


3
2
1


3
2
1   

2Menanggapi hasil identifikasi yang disampaikan teman   Siswa mampu menanggapi hasil identifikasi unsur intrinsic cerpen yang disampaikan teman
1

2

3
   


Keterangan
    (3) sangat tepat
    (2) tepat
    (1) tidak tepat

    Cara Pemberian Nilai

Rumus:                        (Skor Perolehan Siswa)
                                   (Skor Maksimun)               x  100




LP 4 : AFEKTIF (KARAKTER)


No    Karakter    Skor Total
    Tanggung Jawab    Disiplin    Ketekunan    Kreatif    Kritis   
1    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
2    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
3    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
5    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
6    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
7    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
8    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
9    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
10    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
11    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
12    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
13    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
14    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
15    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
16    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
17    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
18    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
19    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
20    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
21    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
22    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
23    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
24    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
25    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
26    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
27    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
28    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
29    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
30    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
31    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
32    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
33    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
34    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
35    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
36    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
37    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
38    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
39    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
40    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
Keterangan
4    = sangat baik        2    = kurang baik
3    = baik                   1    = tidak baik


LP 5 : AFEKTIF (KECAKAPAN SOSIAL)

No    Karakter    Skor Total
    Inisiatif    Berbahasa Santun dan Komunikatif    Partisipasi   
1    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
2    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
3    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
5    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
6    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
7    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
8    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
9    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
10    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
11    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
12    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
13    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
14    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
15    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
16    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
17    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
18    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
19    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
20    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
21    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
22    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
23    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
24    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
25    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   


Keterangan
4    = sangat baik        2    = kurang baik
3    = baik                   1    = tidak baik


Kendari,13 Desember 2011



 Mengetahui,                                         

       Guru Pamong                                                                           Mahasiswa KKP-PPL

            Nur Niati, S.Pd                                                                                 Eka Cahyowati
                  
 
 

  Menyetujui,
     Kepala Sekolah

       Drs. H. N.P Dahlan

Selasa, 05 Juni 2012

Malnutrisi energi protein (MEP) J. D. L Hansen, J. M Pettifor SEJARAH Istilah ganggan nutrisi pada bayi dan anak-anak sudah ada sejak abad ke enam belas dengan nama macies, atrofi, atrepsi, dan sebagainya. Ketertarikan khusus pada apa yang kini kita kenal sebagai sindrom malnutrisi energi protein (MEP) mulai bermunculan pada awal abad ini. Czerny & Keller (1923-28) memakai istilah mehlnahrshaden untuk malnutrisi bayi yang diakibatkan oleh kebiasaan makan (kelebihan pati) yang tidak seimbang, dan menjelaskan gambaran klinis yang sama dengan kwashiorkor. Pada tahun-tahun selanjutnya, peneliti lain memakai istilah malnutrisi parah, pelagra infantil, penyakit hati berlemak, edema gizi, marasmus basah, sindrom polikarensial infantil dan malnutrisi tingkat tiga. Kata ‘kwashiorkor’ dipakai oleh suku Ga dari Accra, ibu kota Gold Coast (sekarang bernama Ghana) untuk penyakit anak yang sedang menyapih/berhenti menyusu. Secara harfiah, istilah ini bermakna pertama-kedua, dan mengacu kepada anak yang disapih, misalnya disapih dari payudara saat kelahiran bayi berikutnya, atau saat ibu kembali mengalami kehamilan. Cicely Williams (1933) menyajikan gambaran klinis secara menyeluruh tentang penyakit ini saat ia bertugas di Gold Coast dan menyebutkan nama lokalnya, yakni kwashiorkor. Semua anak-anak yang mengidap penyakit ini pernah memiliki riwayat diet/makanan yang tidak normal. Mereka diberi makan bubur jagung, rendah kandungan protein, dan dalam 3-4 bulan tubuh mereka mulai sakit-sakitan. Brock & Autret (1952), dalam laporan WHO/FAO secara tegas menggunakan nama kwashiorkor untuk sindrom di Afrika dan hubungannya terhadap makanan rendah protein (malnutrisi protein). Mereka menjelaskannya sebagai ‘masalah gizi yang paling serius dan meluas yang dikenal dalam ilmu kedokteran dan gizi’, dan istilah tersebut menjadi populer akibat laporan mereka. Pada saat itu, nampak jelas bahwa penyakit ini menimpa bayi dengan asupan gizi yang buruk di seluruh dunia. Jelliffe (1959) kemudian menawarkan istilah malnutri kalori (energi) protein untuk mencakup spektrum sindrom yang meliputi marasmus hingga kwashiorkor. Buku lengkap pertama tentang kwashiorkor diterbitkan oleh Trowell dkk (1954) yang saat itu berada di Kampala, Uganda. Di dalam buku ini terdapat penjabaran yang sangat baik tentang riwayat, gejala klinis, patologi dan pengobatan kwashiorkor. Menyusul publikasi laporan WHO/FAO, Brock dan rekannya memulai riset tentang etiologi dan patogenesis kwashiorkor. Investigasi mereka menunjukkan (i) bahwa edema kwashiorkor bisa hilang dengan mengatasi ketidakseimbangan elektrolit (defisiensi potasium) tanpa mengubah konsentrasi albumin serum (Hansen 1956), dan (ii) lesi kulit, hipoalbuminaemia serta ciri kwahiorkor lainnya dapat diatasi dengan makanan sintetis yang terdiri atas 11 asam amino, glukosa dan campuran garam tanpa vitamin (Hansen dkk 1956). Penelitian ini menguak misteri etiologi kwashiorkor dan menemukan bahwa defisiensi protein (asam asmino) dengan atau tanpa defisit energi dapat melahirkan berbagai spektrum kondisi (malnutrisi energi protein) yang meliputi marasmus hingga kwashiorkor. Defisiensi vitamin, mineral dan unsur kelumit dapat merumitkan sindrom dasar, seperti halnya infeksi, tergantung dari makanan lokal dan faktor-faktor lainnya. Pengklasifikasian MEP ternyata sulit mengingat beragamnya gejala dibalik istilah ini. Sejumlah klasifikasi telah digunakan seperti yang tercantum pada bagian lain jurnal ini, (Lihat Bab 13), akan tetapi dalam bab ini jenis MEP ringan, sedang, dan berat akan dibahas dari sudut pandang praktisi kesehatan. TANDA-TANDA DAN GEJALA Penampakan klinis dari MEP cukup bervariasi berdasarkan tingkat dan durasi deplesi/kehilangan protein dan energi, umur penderita, dan modifikasi yang terjadi akibat infeksi, serta defisiensi vitamin, mineral, dan unsur penting lainnya. Sindrom umum marasmus dan kwashiorkor sangat jarang bila dibandingkan dengan tipe MEP ringan yang bisa terlihat hanya dari gagal tumbuh. Banyak kasus yang menunjukkan ciri-ciri marasmus dan kwashiorkor dan dapat dianggap memiliki ciri kwashiorkor marasmik. Oleh karena itu, praktisi kesehatan harus menyadari bahwa istilah malnutri energi protein mencakup spektrum sindrom yang meliputi gagal tumbuh sederhana hingga sindrom tetap dan campuran dari marasmus, kwashiorkor, kwashiorkor marasmik, dan bahkan pelagra. Hal ini dikarenakan oleh beragamnya makanan dari tiap wilayah dan fluktuasi musiman baik di kawasan pedesaan maupun perkotaan. Tekanan lingkungan setempat yang berlebihan seperti panas dan dingin, kemarau dan penghujan, penyakit tropis, pengangguran, masalah atau perceraian orang tua, kesesakan/kepadatan penduduk, migrasi dan sanitasi yang buruk dapat mengubah atau mempercepat serangan MEP. Selain itu, infeksi dan diare dapat mengacaukan gejala klinis MEP. Meski demikian, apapun bentuk gejala samaran dari MEP pasti dapat diketahui jika penilaian status gizi yang tepat mendapatkan perhatian yang lebih serius. MALNUTRSI ENERGI PROTEIN RINGAN MEP ringan adalah yang paling umum pada tahap pasca-menyapih mulai dari usia 9 bulan hingga 3 tahun namun dapat terjadi pada usia berapa pun Ciri-ciri utamanya adalah sebagai berikut: Gagal tumbuh. Pengaruh pertama MEP adalah pada pertumbuhan dengan tanda-tanda di bawah ini: 1.Pertumbuhan liner yang lambat atau terhenti 2.Berat (massa) tubuh yang lambat, berhenti atau hilang 3.Menurunnya lingkar lengan atas 4.Kematangan tulang yang terlambat 5.Rasio berat dan tinggi badan yang normal atau berkurang 6.Ketebalan lipatan kulut yang normal atau berkurang Indeks yang paling sering digunakan saat ini adalah berat dan tinggi badan, khususnya jika usia anak diketahui (Bab 13). Dalam praktik di mana standar antropometrikyang digunakan, performa pertumbuhan anak adalah faktor yang sangat penting (Bab 22). Pola gagal tumbuh bisa bervariasi. Jadi mungkin terjadi kehilangan akut akibat batasan asupan energi mendadak atau akibat pengaruh infeksi akut seperti gastroenteritis (radang lambung dan usus) atau campak (Gambar 16.1). dalam contoh ini, terdapat rasio berat dan tinggi badan yang menurun. Pada kasus yang lebih ekstrim, mungkin terdapat defisiensi protein dan/atau energi kronis yang berlangsung beberapa bulan hingga gagalnya pertambahan berat dan tinggi dengan rasio berat dan tinggi yang kecil atau tidak mengalami perubahan sama sekali (Gambar 16.2). penyakit kronis yang terpisah dari defisiensi gizi juga bisa menjadi penyebab pola ini. Parameter status pertumbuhan dan gizi lainnya seperti lingkar lengan atas-tengah, kematangan usia tulang dan ketebalan lapisan kulit menunjukkan perubahan paralel pada berat dan tinggi (Jelliffe 1966). Parameter ini sangat penting dalam menilai gagal tumbuh jika usia tidak diketahui (Bab 13). Perbandingan berbagai indeks dalam MEP ringan kronis ditunjukkan pada Gambar 16.3 (Keet dkk 1970). Erupsi gigi susu mungkin agak terlambat akibat MEP berat namun tidak begitu terpengaruh dibanding dengan tinggi badan, berat badan, dan usia tulang. Infeksi Di manapun tempat terjadinya MEP ringan, pasti selalu ada tingkat infeksi yang tinggi, khususnya gastroenteritis (radang lambung dan usus), campak, dan pneumonia (radang paru). Di daerah tropis, tingkat infeksi malaria, cacing tambang, dan infeksi cacingan sangat tinggi pada anak-anak yang pertumbuhannya terganggu. Sinergisme infeksi dan malnutri serta hubungannya dengan kekebalan yang berubah masih merupakan bahan perdebatan hingga kini (Lihat hal. 000). Kemungkinan lain mencakup infeksi yang berlebihan atau kerentanan yang lebih besar terhadap tekanan infeksi akibat cadangan metabolik yang menurun atau berubahnya komposisi tubuh. Baru-baru ini, ada teori yang menyebutkan bahwa ‘radikal bebas’ yang dihasilkan melalui infeksi atau ‘noxa’ lain pada anak yang kekurangan protein bisa menjadi alasan dibalik tanda, gejala, dan patologi MEP (Golden & Ramdath 1987). Dari sudut pandang klinis, setiap anak yang mengalami infeksi harus menjalani pemeriksaan gizi. Alasan dibalik pentingnya hal ini ditunjukkan pada Gambar 16.4. Lagipula, sebuah tindak lanjut 1 tahun terhadap anak yang mengalami gastroenteritis (radang lambung dan usus) menunjukkan bahwa mereka yang berat badannya terlalu ringan makan lebih buruk dibanding yang berada dalam kisaran berat badan normal (Wittmann dkk 1967a). Situasi yang sama juga terlihat pada infeksi pernapasan, tuberkulosis dan campak. Deteksi dini gagal tumbuh penting dilakukan sehingga perhatian khusus dalam hal gizi dalam mengobati dan menindaklanjuti anak-anak ini. Anemia Makanan yang menyebabkan MEP seringkali tidak/kurang mengandung zat beli, asam folat, dan vitamin lainnya. Karena itu mungkin terdapat anemia sedang pada kasus MEP ringan. Peran yang dimainkan oleh defisiensi protein dalam berkembangnya anemia ini belum begitu jelas. Hampir semua tipe morfologis telah diuraikan dalam olesan darah perifer. Sumsum tulang umumnya menunjukkan adanya hipoplasia, juga defisiensi zat besi dan megaloblastosis. Aktivitas yang menurun Kurangnya aktivitas – yang bukan merupakan ciri dari anak yang sehat – terjadi pada MEP. Anak yang lesu merupakan pemandangan umum di negara berkembang. Bagi anak sekolah dan orang yang lebih tua, kapasitas kerja dan fungsi mentalnya menurun (Wyndham 1973, Spurr dkk 1982, Agarwal dkk 1987). Keterbelakangan dalam perkembangan fisik dan mental Ciri keterbelakangan adalah bagian dari MEP. Anak-anak mungkin berjalan dan berbicara nanti dibanding pada umumnya dan pada kasus tertentu, terdapat regresi pola perilaku dini. Tanda-tanda ini biasanya dapat diatasi dengan cepat melalui pengobatan. PERUBAHAN KULIT DAN RAMBUT Perubahan ini umumnya terlihat jelas pada MEP sedang hingga berat, namun juga dapat terjadi pada tipe MEP ringan. Rambut yang jarang di sekitar pelipis banyak terjadi pada anak-anak di wilayah berkembang dan mungkin merupakan satu-satunya tanda fisik dari MEP selain dari abnormalitas antropometris. Singkatnya, gambaran klinis dari MEP ringan adalah gagal tumbuh seperti yang terlihat pada pertumbuhan dan perkembangan yang terbelakang. Selain itu, tanda-tanda infeksi dan anemia dapat membingungkan gambaran klinis, namun berperan sebagai stimulus dalam penilaian status gizi. TIPE MEP SEDANG DAN BERAT Seperti halnya MEP ringan, tipe yang lebih berat umumnya terjadi pada tahap pasca-menyapih dari usia 9 bulan hingga 3 tahun. Tidak adanya pemberian ASI atau pemberian susu buatan yang tidak cukup dapat menyebabkan MEP berat, khususnya marasmus pada usia lahir 9 bulan pertama. Tipe yang berat ini dipercepat oleh infeksi seperti campak dan gastroenteritis (radang lambung dan usus). KWASHIORKOR Gejala ini biasanya mencakup gagal tumbuh, edema, iritabilitas atau apati, anoreksia, muntah-muntah, diare dan perubahan kulit, rambut dan membran mukosa. Diare kronis merupakan keluhan utama. Dalam pengamatan kami, sang ibu sepertinya tidak begitu khawatir dari gejala-gejala tersebut di atas dan hanya menemui dokter jika anaknya tidak mau makan, mengalami gejala edema, atau terkena infeksi. Alasan di balik hal ini adalah karena serangan kwashiorkor cenderung samar karena lemak subkutan sering terlindungi (berlawanan dengan kehilangan yang terjadi pada marasmus) dan bersamaan dengan perkembangan edema yang bertahap menyembunyikan susutnya jaringan dasar. Penampilan umum Anak yang mengidap kwashiorkor mungkin nampak gemuk di mana makanannya memberikan sumber energi yang cukup (misalnya karbohidrat dalam bentuk maizena, ubi, nasi) atau mungkin terbuang di mana defisiensi energi merupakan faktor yang berpengaruh. Pada kedua contoh tersebut, asupan protein untuk pertumbuhan dan perawatan jaringan yang sehat tidak terpenuhi. Sebagian besar kasus yang terjadi terletak di antara kondisi ekstrim dan lingkungan yang menentukan frekeunsi tipe klinis. Orang tua, perawat, dan dokter mungkin tertipu dengan bentuk tubuh yang montok dari pasien kwashiorkor jika pola pertumbuhannya tidak diperhatikan dengan teliti. GAGAL TUMBUH Seperti halnya MEP ringan, gangguan pola pertumbuhan merupakan ciri utamanya. Berat tubuh yang menurun untuk usia (>3rd centile) meskipun ada edema dan terlindunginya lemak subkutan, terlihat pada sebagian besar kasus (Gambar 16.5 dan 16.6). Akan tetapi, anak yang mengidap kwashiorkor bisa baik di dalam kurva pertumbuhan acuan meskipun pola pertumbuhan untuk anak tersebut akan menunjukkan gagalnya perolehan berat badan atau hilangnya bobot tubuh (Gambar 16.1). Gangguan pertumbuhan lainnya sama dengan yang ada pada tipe MEP ringan. Tingkat gangguannya bervariasi tergantung dari lama dan tingkat keparahan defisiensi protein/energinya.
IODIUM Mengapa anak usia sekolah (6_10) tahun di jadikan sebagai patokan dalam pemberian Iodium? Karena penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkan prestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang berasal dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan kekurangan yodium pada anak usia sekolah mengakibatkan keterampilan kognitif rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di daerah kekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan yodium dapat menyebabkan kelainan otak yang berdimensi luas. Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi yodium akan memperbaiki prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3 kelenjar hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum, sebaliknya terjadi pada hati, ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah, yang dapat dibuktikan pada tikus yang kekurangan yodium, didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan menjadi normal kembali bila dilakukan koreksi terhadap kekurangan yodiumnya. Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh dan lesu, hal ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan lesu ini dapat kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain halnya bila keadaan yang terjadi di otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang otaknya masih dalam masa perkembangan, walaupun diberikan koreksi yodium otak tetap tidak dapat kembali normal.
DETIK-DETIK PENANTIAN Siang malam terus berganti, bulan demi bulan kita lewati, hujan dan panas selalu mengiringi hari-hari yang kita jalani. Tidak terasa, ternyata kita sudah memasuki bulan sya’ban, tidak terasa pula umur kita semakin bertambah, dan sisa hidup kita semakin berkurang. Kita tidak tahu, apakah hidup ini masih tersisa berpuluh-puluh tahun lagi ataukah hanya tinggal beberapa detiksaja? Kita berada didalam deti-detik penantian. Penantian akan datangnya kematian. Dalam penantian ini, marilah kita sama-sama introspeksi diri, yaitu mengoreksi diri kita masing-masing! Apakah yang kita lakukan selama ini sudah sesuai dengan apa yang dicintai Alloh SWT ataukah tidak? Umar pernah berkata: “Introspeksilah diri kalian, sebelum amalan-amalan kalian dihisab (di hari perhitungan amalan)!Timbanglah diri kalian sebelum, sebelum amalan kalian ditimbang(di hari pertimbangan amal)!!! Sesungguhnya, mengintrospeksi diri pada saat ini lebih mudah daripada saat ditunjukkan amalan perbuatan kalian (di hari hisab). Berhiaslah untuk menghadapi hari ditunjukkanya amalan yang paling hebat. Alloh berfirman: “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Alloh).” Dalam detik-detik penentian ini, seharusnya kita merenungi bahwa kita hanya diberi kesemmpatan untuk hidup sekali saja di dunia ini. Apabila ajal telah datang, siapa gerangan yang bisa menundanya? Alloh SWT berfirman yang artinya: “Dan Alloh sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Alloh maha mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun:11)

Sabtu, 02 Juni 2012

FUNGSI MEDIA MASSA 1. -Fungsi media massa bagi moral yaitu: a. Dapat merubah tingkah laku. b. Dapat memberikan informasi seputar manajemen waktu. c. Mejadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, seperti sifat kita terhadap sesama manusia, yang terkadang sifatnya tidak baik menjadi baik. -Fungsi media massa bagi jiwa yaitu: a. Sebagai bentuk asupan energi bagi fisik karena didalamnya memuat berbagai macam bentuk informasi yang mengarah pada kesehatan fisik/jiwa seseorang. b. Sebagai informasi-informasi yang berkaitan dengan kegiatan olahraga. c. Rohani kita menjadi tenang. d. meberikan nilai positif. - Fungsi media massa bagi agama yaitu: a. Menambah pengetahuan tentang agama. b. Merubah akhlak pribadi. c. Merubah pikiran kita yang semula negatif menjadi positif. 2. Fungsi media massa bagi pendidikan yaitu: a. Dapat menambah ilmu pengetahuan. b. Dapat menambah wawasan. c. Memudahkan kita dalam mencari tugas/referensi-referensi yang diperlukan. 3. Fungsi media massa bagi ekonomi yaitu: a. Dapat memberikan informasi tentang lowongan pekerjaan. b. Memberikan kesempatan bagi pembaca meningkatkan kreatifitas ekonomi. c. Dapat memberikan peluang bagi kita untuk mempublikasikan karya-karya yang kita buat. d. Dapat digunakan sebagai sarana untuk berbisnis. 4. Fungsi media massa bagi lingkungan yaitu: a. Dapat mengetahui informasi-informasi disekitar lingkungan kita. b. Dapat mengetahui keadaan lingkungan kita. c. Memberikan informasi agar selalu mejaga kebersihan dimanapun kita berada. 5. Fungsi media massa bagi persahabatan yaitu: a. Membantu dalam mencarikan tugas. b. Memberikan informasi tentang sesuatu yang diketahui. 6. Fungsi media massa bagi persaudaraan yaitu: a. Memberikan informasi penting tentang sesuatu yang diketahui. b. Memberikan pemahaman tentang sesuatu yang telah kita ketahui.
DEFINISI WACANA MENURUT PARA AHLI Dalam pengertian linguistik, wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Oleh karena itu wacana sebagai kesatuan makna dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Selain dibangun atas hubungan makna antarsatuan bahasa, wacana juga terikat dengan konteks. Konteks inilah yang dapat membedakan wacana yang digunakan sebagai pemakaian bahasa dalam komunikasi dengan bahasa yang bukan untuk tujuan komunikasi. Menurut Hawthorn (1992) wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Kata Kuncinya yakni komunikasi kebahasaan Sedangkan Roger Fowler (1977) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya. Foucault memandang wacana kadang kala sebagai bidang dari semua pernyataan, kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang kala sebagai sebuah praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan. Kata kuncinya yakni komunikasi lisan dan tulisan Pendapat lebih jelas lagi dikemukakan oleh J.S. Badudu (2000) yang memaparkan; wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan,yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,disampaikan secara lisan dan tertulis. Kata kuncinya yakni membentuk satu kesatuan kalimat dan kesatuan bahasa terlengkap Sementara itu Samsuri memberi penjelasan mengenai wacana, menurutnya; wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan. Kata kuncinya yakni kebahasaan yang utuh Lull (1998) memberikan penjelasan lebih sederhana mengenai wacana, yaitu cara objek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas. Kata kuncinya yakni cara objek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada public Mills (1994) merujuk pada pendapat Foucault memberikan pendapatnya yaitu wacana dapat dilihat dari level konseptual teoretis, konteks penggunaan, dan metode penjelasan. Kata kuncinya yakni metode penjelasan Dari uraian di atas, jelaslah terlihat bahwa wacana merupakan suatu pernyataan atau rangkaian pernyataan yang dinyatakan secara lisan ataupun tulisan dan memiliki hubungan makna antarsatuan bahasanya serta terikat konteks. Dengan demikian apapun bentuk pernyataan yang dipublikasikan melalui beragam media yang memiliki makna dan terdapat konteks di dalamnya dapat dikatakan sebagai sebuah wacana.
LEMBAR PEGANGAN GURU (LPG) Resensi buku adalah tindakan memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi buku, membahas, atau mengkritik isi buku. Unsur-unsur resensi antara lain sebagai berikut: 1. Identitas buku memuat tentang: judul buku, penulis, penerbit, cetakan, jumlah halaman, harga buku, dan Tahun terbit. 2. Isi yang penting/menarik memuat ulasan singkat isi buku dengan kutipan secukupnya. 3. Bahasa pengarang memuat apakah bahasa yang digunakan memakai bahasa sehari-hari yang segar tidak menjemukan, mudah dimengerti oleh pembaca, dan sebagainya. 4. Keunggulan dan kelemahan buku penulis resensi harus memberikan penilaian mengenai keunggulan dan kelemahan buku yang disertai dengan ulasan secara objektif. 5. Kesimpulan Penulis resensi harus mengemukakan apa yang diperolehnya dari buku yang diresensinya.